Sarjana STAI – RA/STIT – AR, Harus Menguasai Informasi dan Kemampuan Berorganisasi

Cuplikan foto ketika para wisudawan dan wisudawati, di wisuda di aula Madinatul Hujjaj Jalan Abdul Haris Nasution, Sabtu (16/4). TRACK NEWS -  SYOFIAN HSy

Liputan Editor Tracknews
MEDAN – TRACKNEWS : Drs H Burhan HS, Pembina Yayasan Perguruan Raudhatul Akmal (YPRA) Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang. Pengelola Sekolah Tinggi Agama Islam Raudhatul Akmal (STAI – RA), di Batang Kuis.

Termasuk Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Ar Raudhah (STIT – AR) di Km 29,8 Tandam Hulu Kecamatan Hamparan Perak Deli Serdang. Pertengahan bulan ini, melahirkan 255 sarjana yang merupakan alumnus di dua perguruan tersebut di atas, di aula Madinatul Hujjaj Jalan Abdul Haris Nasution Medan, Sabtu (16/4).

Mengutip laporan ketua panitia penyelenggara, total ke 255 mahasiswa dan mahasiswi yang dinyatakan berhasil meraih gelar kesarjanaan, di dua perguruan berbasis Islam tersebut. Sekitar 150 sarjana, terdiri mahasiswa – mahasiswi yang menyelesaikan perkuliahan di Sekolah Tinggi Agama Islam Raudhatul Akmal (STAI – RA), di Batang Kuis.

Sementara 105 sarjana, merupakan mahasiswa – mahasiswi yang menyelesaikan perkuliahan di Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Ar Raudhah (STIT – AR). Berlokasi di Km 29,8 Tandam Hulu Kecamatan Hamparan Perak Deliserdang, atau antar Lintas Provinsi Medan – Aceh.  
Para orang tua wisudawan dan wisudawati tampak duduk tertib, memenuhi ruang aula Madinatul Hujjaj Jalan Abdul Haris Nasution. Ketika menyaksikan putra – putri terbaik mereka, yang akan menjalani penganugerahan gelar kesarjanaan. TRACK NEWS -  SYOFIAN HSy
PENUH TANTANGAN
Sebaliknya Ketua Yayasan Perguruan Raudhatul Akmal, seusai menyampaikan ucapan selamat sukses atas nama pribadi, termasuk institusi Badan Pengurus Yayasan. Atas keberhasilan para wisudawan/wisudawati, yang telah menyelesaikan studi dengan baik, hingga meraih gelar Sarjana Pendidikan Islam (SPdI).


Menghimbau segenap wisudawan dan wisudawati untuk tidak memaknai acara tersebut, sebagai seremonial belaka. Namun jadikanlah hari bersejarah tersebut, sebagai pertanda atas keberhasilan mereka meraih gelar akademik.

Urgensinya, wisuda merupakan momentum  kesuksesan yang diperoleh para wisudawan/wisudawati, atau sebagai langkah awal untuk mencapai tujuan selanjutnya. Di mana nantinya, tugas serta tantangan yang akan dihadapi para wisudawan/wisudawati, lebih berat dan serba kompleks, dibandingkan era sebelumnya. 

Perlu disadari, keberhasilan yang dirayakan para wisudawan/wisudawati hari ini, tidak lain sebagai awal perjalanan panjang dalam mengharungi lautan karir ke depan. 

Secara tidak langsung, para wisudawan maupun wisudawati setelah meninggalkan dunia akademik, akan memasuki kehidupan bermasyarakat yang lebih luas.

Tegasnya, “untuk menghadapi tantangan ke depan tidak cukup hanya mengandalkan ijazah belaka. Namun kompetensi perolehan ijazah dimaksud, wajib dikembangkan melalui peningkatan kemampuan dan keterampilan diri. Agar lebih kreatif dan inovatif, sesuai kebutuhan dunia kerja.

Termasuk betapa pentingnya menguasi informasi dan kemampuan berorganisasi. Tanpa mengkesampingkan penataan kepribadian diri, serta etika berkomunikasi yang lebih baik. 

BELAJAR TIADA AKHIR
Sementara Ketua STAI – RA Batang Kuis dalam kata sambutannya menegaskan, “Para wisudawan dan wisudawati, yang memperoleh gelar kesarjanaan. Bukan berarti sudah tamat atau berakhir, untuk mencari dan mempelajari berbagai ilmu pengetahuan. 


Akan tetapi, para wisudawan dan wisudawati yang memperoleh gelar kesarjanaan, terus belajar serta berupaya semaksimal mungkin meningkatkan wawasan dan Sumber Daya Manusia”. 

“Sebagaimana ajaran Islam, menuntut ilmu pengetahuan merupakan kewajiban setiap orang muslim. Rasulullah pernah bersabda, tuntutlah ilmu dari buaian hingga ke liang lahat”. 

Artinya tugas menuntut ilmu pengetahuan, tidaklah pernah berakhir selagi nyawa masih dikandung badan. Sebagai contoh, seseorang yang sudah bergelar profesor pun masih tetap belajar dan membaca buku. 

TANGGUNGJAWAB
Di sisi lain, kata sambutan yang disampaikan Ketua STIT – AR Tandam Hulu, “mempertegas para wisudawan dan wisudawati yang memperoleh gelar kesarjanaan di lembaga pendidikan berbasis Islam tersebut”. 


Agar mampu mengamalkan, serta mengabdikan ilmu pengetahuan yang diperoleh para wisudawan maupun wisudawati, untuk kepentingan nusa dan bangsa.

Justeru demikian, masyarakat menunggu tanggungjawab para wisudawan/wisudawati, tentang keberhasilan yang diraih hari ini. Sedangkan dibalik keberhasilan tersebut, para wisudawan dan wisudawati dituntut untuk dapat berbagi ilmu pengetahuan yang diperoleh, agar bermanfa’atkan bagi orang lain. 

Mengingat semangat dan memotivasi diri, merupakan hal yang sangat penting untuk menjadikan seorang wisudawan dan wisudawati, agar mampu mandiri. Kemudian berbuat, serta menghasilkan sesuatu yang bermanfa’at, terhadap lingkungan sekitarnya. 

SARJANA SEBAGAI PEMIKIR
Sedangkan Ketua Kopertais Wilayah IX Sumatera Utara menegaskan antara lain, khususnya terhadap para wisudawan/wisudawati yang memperoleh gelar kesarjanaan, merupakan seorang pemikir. 


Kesimpulannya para wisudawan/wisudawati, sangat dituntut memiliki kemampuan untuk membawa perubahan, baik dalam konteks nasional maupun di peringkat internasional.

Sarjana pendidikan Islam, perannya tidak sekedar menjalankan tugas di dalam kelas. Tetapi seorang sarjana pendidikan Islam, sangat dituntut kemampuannya berperan di luar kelas. 

Serta melahirkan berbagai inovasi yang lebih baik dan berguna untuk kepentingan publik, dalam kerangka mewujudkan generasi bangsa terdidik yang berkualitas dan bermartabat.

"Islam" dikatakan Ketua Kopertais, merupakan agama yang rasional. Artinya agama yang menyuruh seseorang berfikir secara luas, tandasnya. 

Kesimpulannya, seorang guru tidak saja menjalankan tugasnya sebagai tenaga pengajar. Namun harus memiliki kemampuan mengembangkan metoda pembelajaran, seperti salah satu contoh tentang penjabaran Pancasila. 

Editing : Syofian HSy  

Share this

BERITA TERKAIT

Previous
Next Post »